Mengenai Saya

Foto saya
JAYAPURA, JAYAPURA, Indonesia
Aku orangnya simple....

Sabtu, 13 Maret 2010


Noken terdiri dari noken modern dan tradisional....Harga nya sekitar Rp.50.000,- sampai Rp.200.000,-

Ukiran kayu untuk hiasan dinding dengan corak ukiran dari daerah Biak, Papua...Harga nya Rp.500.000,-

Piring sagu, khas penduduk Sentani, Jayapura...Harga nya Rp.495.000,-

Patung perahu dari ukiran kayu yang dibuat oleh Suku Asmat di Papua...Harga nya Rp.900.000,-

Pisau yang terbuat dari tulang burung kasuari, lengkap dengan cakar yang telah dikeringkan sebagai pegangan pisaunya. Sangat unik dan mempunyai ciri khas Papua, cocok dijadikan sebagai pajangan/ hiasan rumah...Harga nya Rp.480.000,-

Hiasan dinding yang terbuat dari ukiran kayu bercorak Asmat. Ukuran 40cm x 15cm

dengan harga Rp.360.000,-

Hiasan dinding yang terbuat dari ukiran kayu. Ukuran 100cm x 30cm dengan harga Rp.1.125.000,-

Hiasan rumah adat dari Suku Wamena, pedalaman Papua.Harga nya Rp.2.250.000,-

Patung kayu yang dibuat oleh suku Asmat di Papua.....Harga nya Rp.400.000,-

Patung kayu, ukiran asli masyarakat Suku Asmat di Papua.....Harga nya Rp.910.000,-

Kerajinan lukisan bercorak Papua yang terbuat dari kulit kayu. Ukuran 100cm x 40cm dengan harga Rp.160.000,-

Kamis, 11 Maret 2010


Taman Nasional Teluk Cendrawasih merupakan taman nasional perairan laut terluas di Indonesia, terdiri dari daratan dan pesisir pantai (0,9%), daratan pulau-pulau (3,8%), terumbu karang (5,5%), dan perairan lautan (89,8%).

Taman Nasional Teluk Cendrawasih terkenal kaya akan jenis ikan. Tercatat kurang lebih 209 jenis ikan penghuni kawasan ini diantaranya butterflyfish, angelfish, damselfish, parrotfish, rabbitfish, dan anemonefish.

Terdapat empat jenis penyu yang sering mendarat di taman nasional ini yaitu penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu hijau (Chelonia mydas), penyu lekang (Lepidochelys olivaceae), dan penyu belimbing (Dermochelys coriacea). Duyung (Dugong dugon), paus biru (Balaenoptera musculus), ketam kelapa (Birgus latro), lumba-lumba, dan hiu sering terlihat di perairan Taman Nasional Teluk Cendrawasih.

Terdapat goa alam yang merupakan peninggalan zaman purba, sumber air panas yang mengandung belerang tanpa kadar garam di Pulau Misowaar, goa dalam air dengan kedalaman 100 feet di Tanjung Mangguar. Sejumlah peninggalan dari abad 18 masih bisa dijumpai pada beberapa tempat seperti di Wendesi, Wasior, dan Yomber. Umat Kristiani banyak yang berkunjung ke gereja di desa Yende (Pulau Roon), hanya untuk melihat kitab suci terbitan tahun 1898.Jika anda ingin berkunjung atau sekedar melancong, Antara Bulan Mei sampai dengan Oktober adalah saat yang tepat untuk mengunjungi Papua.
Beberapa lokasi/obyek yang menarik untuk dikunjungi:

* Pulau Rumberpon. Pengamatan satwa (burung), penangkaran rusa, wisata bahari, menyelam dan snorkeling, kerangka pesawat tempur Jepang yang jatuh di laut.
* Pulau Nusrowi. Menyelam dan snorkeling, wisata bahari, pengamatan satwa.
* Pulau Mioswaar. Sumber air panas, air terjun, menyelam dan snorkeling, pengamatan satwa dan wisata budaya.
* Pulau Yoop dan perairan Windesi. Pengamatan ikan paus dan ikan lumba-lumba.
* Pulau Roon. Pengamatan satwa burung, menyelam dan snorkeling, air terjun, wisata budaya, dan gereja tua.

Di derah ini juga memiliki taman laut yang sangat indah. Terletak dikepulauan Padaido yang terdiri dari 30 pulau kecil dan besar. Taman laut Padaido ini merupakan taman laut berkelas dunia yang terdiri dari berbagai tumbuhan laut, terumbu karang dan berbagai macam jenis ikan besar maupun kecil.

Taman Nasional Laurentz terletak di Paniai, Puncak Jaya, Jayawijaya, dan Merauke. Di Puncak Jaya atau puncak Cartenz terdapat puncak salju abadi. Puncaknya bertudung es. Puncak Jaya ini tadinya disebut puncak Cartenz, sebuah puncak gunung yang ditemukan oleh orang Belanda tahun 1678. Puncak Cartenz merupakan satu-satunya puncak gunung yang diselimuti salju abadi yang ada di Asia Tenggara.

Selain Taman Nasional Laurentz Papua juga memiliki Taman Nasional Teluk Cendrawasih. Taman ini merupakan perwakilan ekosistem terumbu karang, pantai, mangrove dan hutan tropika daratan pulau di Papua.

Kota Jaya Pura yang dulu dikenal dengan nama Hollandia terdapat sebuah museum yang menyediakan berbagai informasi budaya di Papua seperti ukiran dari berbagai kabupaten, alat perang, tenunan dan tarian adat, serta berbagai ritus dan peninggalan purbakala.

Di Sentani juga terdapat tugu Jendral Douglas Mc Arthur peninggalan Perang Dunia II. Di sebelah utara monument Mc Arthur pada ketinggian 325 meter terdapat dataran pegunungan Cyclop dengan puncak gunung Dofonsoro. Daerah ini sangat indah dan dahulu kala tempat ini merupakan pangkalan pertahanan Mc Arthur.

Dari puncak Cyclops dapat dipantau Danau Sentani dengan air yang bening biru. Danau seluas 9.670 hektar merupakan tempat mata pencarian penduduk Sentani dan sekitarnya. Danau sentani juga merupakan tempat rekreasi yang sangat indah dan sangat cocok untuk bersantai.

Jika kita ingin meneruskan perjalanan dari Jayapura, tidak lengkap rasanya jika kita tidak mengunjungi Biak. Di Kecamtan Biak Timur tetaptnya di desa RIM terdapat taman burung yang menampilkan bermacam jenis burung langka khas Irian yang hanya dapat ditemui di Papua. Luas taman burung ini mencapai sekitar dua hektar.

idak kurang dari empat belas kabupaten di Papua mempunyai keunikan dan daya tarik tersendiri bagi para wisatawan yang berkunjung. Banyak pilihan yang bisa kita kunjungi, ada wisata bahari yang mempersembahkan taman laut yang mempesona, wisata budaya, sejarah dan terlebih wisata fauna dan flora yang mungkin tidak bisa kita temui ditempat lain. Semua tempat wisata yang mengagumkan ini masih sangat alami. Dengan peradaban masyarakat pedalaman yang masih primitive, menjadikan Papua sebagai sebuah tempat yang sangat menarik perhatian para wisatawan mancanegara maupun wisatawan lokal.

The Yali
The Yali tribe lives high up along the valley ridges in the Jayawijaya mountains. The land here is rugged and thinly populated. The tribes-people live in wooden huts with roofs made of tree-bark and they are grouped into small compounds. A vegetable garden and dense rainforest will surround each compound.
Trekking in the Yali area is more strenuous than in the lower reaches of the Valley but it is perfect for the fit trekker who wants to experience truly virgin rainforest and the unique people who live amidst it.

In summary, The Baliem Valley will provide a never to be forgotten experience. The inhabitants of the valley are essentially peace-loving agrarians who welcome visitors wholeheartedly.

The Lani
Like the Dani, the Lani are expert farmers utilising a highly effective and efficient irrigation system to produce abundant crops of Sweet Potatoes (Ubi), Tobacco, Beans, Taro, Spinach, Sugar Cane and Bananas. Much of the Lani lands lie in a beautiful oasis interspersed with checkerboard patterned sweet potato gardens. The Lani are more stockily built than the medium-bodied Dani and their lands are more densely populated. They tend to congregate in largish villages rather than the small compounds which dominate Dani territory.

The weather in the Valley is predominantly sunny and trekking along the river amidst the terraced farmlands and wondrous forests is a trekker's paradise. Trails are usually clear and maintained as local people travel them and this makes the trekking pretty comfortable.
.......
The Dani
Entering Dani territory involves a journey into a deeper reality.
The inevitable pig-feast on arrival is your rite of passage into their unique culture for an engrossing a four or five hour intense experience. You will find yourself in a simple, traditional compound surrounded by fully greased and painted Dani tribes-people wearing their ceremonial best.The whole elaborate affair is deeply spiritual, far more than a photo-session can ever capture. Here you will be warmly greeted by the amazing Chief Yali, Kelly's adoptive father who is legendary amongst the Dani for his kindness, generosity and skills in the art of co-operation and avoiding conflict. With this unique and privileged connection you will receive the full weight of Dani hospitality.

The Baliem Valley was once dubbed Shangri La and it is easy to see why. The Valley is incredibly lush and fertile and is surrounded on all sides by towering peaks of 2,500 to 3,000 metres. The fertility is such that the valley has been farmed for 9,000 years but it was only discovered by westerners in 1938! There are three mains tribes inhabiting the Baliem Valley: The Dani in the base, the Lani to the west and the Yali in the south-east. Each tribe has a distinct culture. One sure and interesting way to distinguish between the tribes is from the Koteka, or penis gourd, sported by the male members. The men of each tribe tend to the growing of the gourds with the three tribes each cultivating a different style. The Dani use a long, thin Koteka, the Lani sport a medium sized, wide cannon-like gourd, and the Yali wear the longest of all.

Rabu, 10 Maret 2010

...
The best way to see the Lake and adjacent areas is by motorised canoe. This transportation allows you uninterrupted perspectives of the area access to visit the small fishing village built on stilts over the lake. Fishermen have been plying their traditional trade here for many generations.

Lake Sentani is a famous primitive arts centre. Bark paintings, sago bowls and small-carved items are amongst the local handicrafts found here. Kelly is a private collector of primitive Papuan art and therefore he has the depth of knowledge and connections to ensure that you pay the right price and that all items purchased are genuine.

The port city of Jayapura sits on the coast and has a population of around 250,000 including many people from other parts of the Indonesian archipelago. It is not an unattractive city and you will find museums, hotels, an assortment of restaurants, banks and markets for shopping. From Jayapura it is easy to take guided overnight treks to primitive villages and it is a 45-minute flight to Wamena, the main town of the famed Baliem Valley.
..

Treks into most mainland areas require an arrival by flight into the Lake Sentani area located close to the West Papuan capital city of Jayapura. This region is a beautifully dramatic introduction to Papua. A huge wall of vegetation called the Cyclops sits majestically above Lake Sentani and makes for a stunning backdrop to the clear waters.